Jumat, 18 Mei 2012

Ring of Fire (Ekspedisi Gamalama)



KAWASAN  RAWAN  BENCANA LETUSAN  GUNUNG  GAMALAMA
DI PULAU TERNATE KOTA TERNATE

LATAR BELAKANG
Indonesia dapat diibaratkan sebagai daratan yang mengapung dikerak bumi Dikepung 3 lempeng Bumi,  2 Samudera dan Deretan Gunung api, Sehingga sering terjadinya bencana (salah satunya Gunung api).

Pulau Ternate memiliki Gunung  Gamalama yang masi aktif dan berada di tengah pulau Ternate. Gunung Gamalama terletak  pada 01o 48’ LS dan 127o 19,5’ BT, adalah sebuah gunung api strato tipe A (pernah terjadi beberapa kali letusan sejak tahun 1600), berbentuk kerucut hampir sempurna. Gunung api aktif ini berada +1715 m di atas kota Ternate mulai dari bibir pantai Pulau Ternate. Sejarah kegiatan gunung api Gamalama mencatat lebih dari 60 kali erupsi yang menghasilkan leleran lava dan piroklastika tetapi tidak semua produk erupsinya dapat terpetakan dengan baik. Sampai dengan tahun 1770 masa istirahatnya rata-rata lebih dari 10 tahun, tetapi sejak tahun 1771 sampai dengan tahun 1994 masa istirahatnya menjadi lebih singkat, yaitu antara 1–2 tahun.
Berdasarkan catatan sejarah erupsinya, letusan Gunung Gamalama pada umumnya bersifat magmatik, berupa semburan material pijar berukuran bongkah (bom), kerikil (lapili), pasir dan abu volkanik, baik disertai maupun tanpa leleran lava. Pada tanggal 5 November 2011 Sekitar pukul 00.30 dini hari, Gunung Api Gamalama menunjukan kekuatannya dengan letusan yang disertai dengan material piroklastik (pyroclastic). Dan pada keesokan harinya, seluruh warga Ternate dikejutkan dengan tebalnya abu vulkan yang dikeluarkan Gunung Gamalama. Dan Selasa malam pada 27 Desember 2011 Hujan deras yang mengguyur pulau ternate, kota Ternate selama lebih dari tiga jam memicu banjir lahar dingin dari sisa material vulkanik Gunung Gamalama,. Akibatnya, 3 warga tewas akibat terseret lahar dingin. selain korban tewas, banjir lahar dingin juga menyebabkan lima warga menderita luka-luka dan juga menyapu 10 rumah penduduk di Kelurahan Tobu. 
Bahaya primer dari letusan gunung api ini adalah berupa lontaran material magmatipijar yang berukuran abu sampai bongkah, leleran lava dan awan panas letusansedangkan bahaya sekun- dernya adalah lahar hujan, yang biasanya terjadi setelah atau bersamaan dengan dengan proses letusan gunungapi ini (jika bertepatan dengan musim penghujan).


Info Peta Kawasan Rawan Bencana G. Gamalama  
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi adalah peta yang menunjuk- kan tingkat kerawanan bencana suatu kawasan apabila terjadi letusan gunungapi tersebut (Gambar 8). Peta ini diterbitkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bancana Geologi (Badan Geologi, Dept. ESDM), berisi penjelasan tentang definisi, pengertian, sifat-sifat teknis kegunungapian dan penerapan sosialnya, sebagai informasi dan masukan untuk menanggulangi bencana gunung api.Di dalam peta dijelaskan tentang jenis dan sifat ancaman bahaya gunungapi, kawasan yang terancam, arah/ jalur penyelamatan diri, lokasi pengung- sian dan pos penanggulangan bencana tersebut, sehingga mudah dipahami dan dipergunakan di lapangan. Kawasan Rawan Bencana Gunung- api dinyatakan dalam urutan angka (I, II, dan III), berdasarkan tingkat kerawanan yang paling rendah (I) hingga tingkat kerawanan yang tertinggi (III). Secara umum potensi kerawanan terhadap bencana letusan gunungapi dapat dibedakan berdasarkan ancaman yang ditimbulkan oleh aliran, longsoran, lontaran dan jatuhan material (piroklas- tika) yang berkaitan dengan kegiatan gunungapi, baik yang berkaitan dengan letusan maupun longsoran tubuh atau bagian kawah dari sebuah gunungapi. Potensi ancaman ini juga berkaitan dengan jarak dari pusat erupsi (kawah), bentang alam (morfologi) puncak, keadaan topografi (kelerengan) dan kualitas dan kuantitas produk erupsinya. 
Kawasan Rawan Bencana I (KRB-I) : Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang terletak di sepanjang atau dekat lembah sungai yang berhulu di daerah puncak. Kawasan ini berpotensi terlanda banjir lahar, serta kemungkinan dapat pula terlanda perluasan sebaranawan panas atau leleran lava. Kawasan ini adalah rawan akan aliran lahar hujan, antara lain meliputi Kp. Dufa-dufa, Tabam, Tobu, Kulaba, Bula, Tabalolo, Takome, Loto dan Togofo. Kawasan yang juga harus waspada terhadap perluasan aliran lahar adalah Taduma, Doropedu, Castela dan Toboko. Hujan abu dapat mengancam hampir seluruh kawasan di pulau ini, terutama dalam radius 3,5 km, dimana intensitas- nya sangat tergantung pada kuantitas material yang dierupsikan oleh G. Gamalama, dan juga arah angin yang bertiup pada saat terjadi letusan.
Kawasan Rawan Bencana II (KRB- II)Kawasan ini merupakan perluasan dari KRB III, dimana kawasan ini berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran atau guguran lava pijar, hujan abu lebat dan lahar.Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu :1.  Kawasan yang terancam oleh bahaya aliran masa berupa awan panas, aliran lava, guguran batu pijar, hujan abu lebat dan aliran lahar, yang meliputi seluruh bagian puncak gunungapi ini, dan diperluas ke arah lereng bagian utara dan selatan, terutama bagian punggungan. Khusus untuk bahaya leleran lava dan awan panas, daerah yang terancam meliputi bagian utara (kawah terbuka ke arah utara) mulai dari Sulamandaha hingga bagian timurlaut yang berbatasan dengan Sungai Togorara. Alur sungai yang termasuk dalam kawasan ini adalah Sungai Togorara,   Kolaba, Sosoma, Ruba, Kelawa, Tareba, Piatoe, Taduma dan Castela. Pemukiman yang mungkin terancam bahaya lahar antara lain adalah Kp. Tobu, Tofure, Kulaba, Bula, Tabalolo, Takome dan KpLoto.2.  Kawasan yang rawan terhadapa lontaran material letusan (batu pijar) dan
hujan abu lebat, meliputi bagian puncak hingga lereng gunungapi ini dalam radius3,5 km dari pusat erupsi (kawah G. Arfat). Pemukiman yang termasuk dalam kawan ini adalah Kp. Foramajahi, Air Tege, Tongole, Buku Bandera dan Kp. Woka. Sedangkan kampung yang berbatasan dengan KRB I yang harus waspada terhadap lontaran material pijar adalah Kp. Sesa Besar, Laguna, Tobona, Sanoto Kecil, Sanoto Besar, Marikrubu dan Kp. Buku Komoro.
Kawasan Rawan Bencana III (KRB III).Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang letaknya terdekat dengan pusat erupsi, karena sering terlanda awan panas, lontaran atau guguran batu pijar dan leleran lava.Kawasan ini meliputi daerah puncak, mulai dari pematang kawah tertua (G. Kekau atau Bukit Melayu) ke arah lereng utara, meliputi pematang kawa G. Mediana dan kerucut muda G. Arfat. Sebagian alur sungai utama yang termasuk dalam kawasan ini merupakan saluran material letusan yang bersifat fluida (menglir), meliputi Sungai Piatoe, Tareba, Takome, Sososma, Ruba, Kulaba dan Sungai Togorara. Daerah yang sangat rawan akan lontaran dan guguran batu pijar meliputi daerah puncak dalam radius lebih-kurang 2,5 km dari pusat eupsi (kawah G. Arfat). Di dalam kawasan ini tidak terdapat pemukiman penduduk.
Mitigasi Bencana GunungapiUpaya mitigasi bencana gunungapi dilakukan dengan memanfaatkan semua informasi yang terdapat pada Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi dan melakukan penyuluhan, pelatihan dan pemantapan sistem peringatan dini, agar tujuan pengurangan resiko bencana tersebut dapat tercapai.Apabila terjadi peningkatan kegiatan G. Gamalama perlu diperhatikan informasi yang diberikan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, sambil menunggu instruksi dari Pemerintah Daerah Setempat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Peta Kawasan Rawan Bencana GGamalama 





Selasa, 08 Mei 2012

BANJIR MELANDA KOTA TERNATE

 Hujan mengguyur Kota Ternate dari siang  tgl 8 mei jam 2.30 - tgl 9 mei jam 6.30 th 2012  telah mengakibatkan banjir lahar dingin, Diantaranya kecamatan Ternate Tengah dan Kecamatan Ternate Utara sehingga puluhan warga keluar rumah berbondong-bondong menyalamatkan diri dan harta benda. Kecamatan Ternate Tengah meliputi  kelurahan maliaro, tanah tinggi, taboko, sedangkan Kecamatan Ternate Utara meliputi kelurahan dufa-dufa dan tubo. Korban tewas teridentifikasi bernama Raihan Sangaji (9), Mildawany Johar (25), Sarnawia Hamid (52), dan satu orang belum dikenali. Korban terakhir ini hanya ditemukan bagian tubuh berupa paha kaki. Selain korban meninggal, banjir lahar dingin merusak 188 rumah di 11 kelurahan. Dari jumlah itu, 15 rumah rusak total, 70 rumah rusak berat, dan 103 rumah rusak ringan.
Dari beberapa kelurahan, kelurahan dufa-dufa dan keralurahan maliaro RT 08 dan RT 09 yang mengalami kerusakan paling parah.

Selain rumah, dua jembatan rusak total. Jembatan itu ada di Desa Daulasi dan Desa Air Tege-Tege. Dua jembatan lain di Kelurahan Dufa-Dufa dan Kelurahan Akehuda rusak ringan. Jumlah pengungsi mencapai 58 kepala keluarga atau 284 jiwa. Mereka tersebar di sejumlah pos pengungsi: eks Kantor Gubernur Maluku Utara dan aula SMK Negeri 2 Ternate.

Menurut juru bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho, kerusakan dan korban masih mungkin terus bertambah. Saat ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Maluku Utara dan Kota Ternate bersama TNI, Polri dan instansi terkait memindahkan warga yang terkena bencana. Korban hilang masih dicari.



Foto Kerusakan Permukiman Warga

 

 
Foto Korban di Kelurahan Dufa Dufa




Foto Korban di Kelurahan Maliaro